Senin, 07 Februari 2011

Jayapura, Keindahan Ciptaan Tuhan

Ini adalah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di ibukota provinsi paling timur Indonesia, Papua. Kota Jayapura, salah satu kota yang sangat indah yang pernah aku kunjungi. Sambutan hangat dari senyum Papua pun sudah mulai terasa sejak berada di Bandara, Sentani. Bandara ini memang kelihatannya belum terlalu besar dan kelihatannya masih agak terlalu sempit dengan begitu banyaknya orang saat itu. Tetapi yang aku suka adalah bentuk Honai (Rumah adat Papua) selalu menjadi ciri khas yang tidak pernah dihilangkan menyambut kami dengan begitu bagus.


Perjalanan pun kami lanjutkan untuk mencari penginapan. Tetapi akan sangat kurang rasanya kalau tidak mengunjungi Yogwa Restaurant yang terletak di pinggir Danau Sentani, menurut teman-temanku yang sudah lama tinggal di Jayapura sih seperti itu. Ikan mas goreng pun menjadi pilihan kami saat itu, benar-benar puas dengan sajian saat itu. Ikannya benar - benar masih manis karena memang masih segar. Ikan itu langsung diambil dari peternakan ikan yang ada di danau Sentani tersebut. Danau Sentani saat itu mengingatkan aku dengan Danau Toba, bedanya kalau danau Sentani bentuknya memanjang sedangkan danau Toba melebar. Tetapi keindahannya tidak kalah dengan danau toba.

Setelah selesai menikmati keindahan Danau Sentani, perjalanan kami lanjutkan menuju Abepura, Kota Raja. Sejenak akupun terkejut ketika menyaksikan secara jelas daerah yang kata temanku baru beberapa tahun ini mengalami perkembangan. Tetapi bagi aku ini sudah sangat jauh beda dengan apa yang aku bayangkan selama ini. Selama ini memang pemikiranku akan Papua selalu dipengaruhi dengan pandangan - pandangan orang yang mengatakan Papua itu masih primitif dan itu semua salah. Belum sampai ke pusat kotanya, aku sudah melihat keramaian, pusat - pusat perbelanjaan walau tidak semegah dan sebesar di Jakarta tetapi menurutku ini sudah kota. Akhirnya kuhilangkan jauh - jauh pandangan-pandangan dari pengaruh apa kata orang selama ini tentang Papua. Sebagian dari kami akhirnya memilih sebuah penginapan yang cukup bagus, Hotel Matos.

Perjalanan kami lanjutkan menuju pusat kota , Jayapura. Sebelum akhirnya masuk ke pusat kotanya kami terlebih dahulu memasuki sebuah wilayah lagi bernama Entrop. Memang inilah juga yang menjadi salah satu cirri khas Kota Jayapura, berbukit - bukit dan terbagi - bagi dalam beberapa wilayah. Kalau yang aku perhatikan Jayapura terbagi menjadi 4 bagian yaitu Sentani, Abepura, Entrop, dan pusat kotanya sendiri Jayapura. Jalan yang berliku - liku kami lalui dan menjadi salah satu cirri yang kuat untuk mengingat kota ini. Setelah melewati Entrop mataku pun langsung beralih ke luar mobil, melihat pemandangan yang sudah mulai menyejukkan.

Amazing … ini benar - benar kota yang sangat indah. Perpaduan antara kota yang sudah ramai, daerah dengan pegunungan - pegunungan yang masih hijau, dan laut dengan pantai yang masih bersih .

Akhirnya aku pun di ajak ke sebuah tempat yang namanya pemancar. Memang di daerah itu lah diletakkan pemancar - pemancar Televisi swasta. Jalanan yang berliku, mendaki, membuat terkadang jantung ini berdegup. Tetapi setelah sampai tempat paling atas, akupun bias dengan leluasa memandangi kota Jayapura dari atas. Sangat indah… luar biasa ciptaan Tuhan …

Akhir pekan yang berbeda dari biasanya, akupun diajak oleh teman –teman menuju sebuah daerah yang cukup jauh dari Jayapura. Kertosari, katanya disana banyak buah – buahan dan lagi musimnya. Rambutan dan Duku saat itu menjadi pilihan kami. Ahh.. ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Kirain kami hanya akan datang dan beli dari penjual – penjual yang ada di jalanan tetapi kami langsung dibawa ke kebunnya. Puas rasanya melihat pohon – pohon rambutan berbuah lebat, pohon – pohon duku dengan buahnya yang begitu banyak untuk satu pohon. Harganya juga murah. Alhasil kamipun memborong berkarung – karung. Lucu memang rasanya ketika aku membayangkan karung – karung ini kami bawa ke bandara waktu pulang nanti. tetapi saying kalau tidak membawanya banyak.

Puas dengan buah – buahan, kami lanjutkan menuju satu pantai yang tidak terlalu jauh dari kota Jayapura. Pantai Base-G menjadi pilihan kami saat itu. Menurut beberapa orang memang pantai ini bukan yang terbaik di Jayapura, tetapi menurutku itu sudah sangat indah. Air yang bening, pasir putih dan pemandangan di sekitarnya begitu menyejukkan mata hingga ke hati. Kumanfaatkan waktu itu untuk berenang sepuasnya di pantai itu. Bermain pasir sepuasnya dengan teman – teman saat itu. Sangat menyenangkan memang, padahal untuk masuk ke tempat itu kita hanya membayar 50.000 saja. Hanya dengan 50.000 tetapi sudah puas menikmati pemandangan yang begitu bagus. Aku juga senang karena waktu itu banyak orang – orang asli yang ikut berenang, senang rasanya melihat mereka dengan senyuman – senyuman yang ramah.

Memang selain pemandangan alam yang indah, Papua juga terkenal dengan keramahannya. Tidak salah kan jikalau di setiap pemilihan puteri Indonesia, putri perwakilan papua selalu terpilih menjadi putri persahabatan. Tetapi itu memang kenyataannya. Orang Papua kebanyakan masih sangat ramah dan sopan – sopan. Selama ini banyak orang di luar Papua menggambarkan orang Papua itu dengan image seram. Bagiku itu salah, sangat salah malah. Salah satu bukti yang aku alami adalah ketika malam hari aku coba untuk menaiki angkot di Jayapura. Suami – isteri masuk ke dalam angkot dan menyapa penumpang lain dengan sapaan “selamat malam”. Mungkin ga terlalu asing, tetapi dapat menjadi bukti.

Ketika menjelang sore, banyak sekali pasangan – pasangan muda, kumpulan –kumpulan orang, bahkan ada yang sendiri sedang duduk-duduk santai di depan Kantor Gubernur Papua. Ya, itu tekenal dengan Pantai Gubernur. Tempat ini memang sudah sangat terkenal dengan tempat bersantai. Tidak sedikit dari pendatang menghabiskan waktunya juga di tempat ini, salah satunya adalah kami saat itu. Tepat di seberang , terlihat jelas dari tempat itu ada dua Pulau kecil yang terlihat bagus juga. Tetapi ada satu hal yang menarik jadi dua pulau itu di huni oleh dua agama yang berbeda. Salib Kristus berdiri tegak di sebuah pulau paling dekat ke pantai Gubernur itu menjadi pulau yang menjadi lambing Kristen, dan satu pulau lagi oleh umat Muslim. Ini memang aku dengar cerita dari temanku saat itu. Tetapi lepas dari itu, aku pun menyaksikan kerukunan umat beragama yang kuat di daerah ini.

Tidak terlalu banyak memang yng bias aku paparkan tentang Jayapura saat ini, tetapi ke depannya aku akan mencoba mencari tahu lagi tentang Papua secara umum. Harapanku hanya marilah mencoba mencintai Indonesia secara utuh dari barat sampai Timur. Jangan pernah lagi menganggap Papua itu denga kesan primitif atau terpencil karena sampai sekarang masih banyak yang beranggapan seperti itu. Sebagai penutup di tulisan kali ini, aku juga menyarankan teman – teman pembaca untuk dengar lagunya Edo Kondolongit berjudul “Aku Papua”. Lagu yang sangat bagus menurutku, bias di download di youtube.

Sumber :
Sudramono Manihuruk
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/01/28/jayapura-keindahan-ciptaan-tuhan/
28 Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar